Ketua DPD Partai Golkar DKI Jakarta, Fayakhun Andriadi, mengingatkan bahwa jangan ada lagi sikap yang
mau menang sendiri, bahkan menghalalkan segala cara untuk mengisap sumberdaya
negara lain oleh sesama anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
“Stop saling isap begitu. Indonesia harus tegas saja. Jangan terus
mengalah, atau menjadi pecundang,” ujar politisi muda Partai Golongan Karya
(Golkar) itu di Jakarta.
Melalui Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-18 ASEAN yang dibuka
hari ini di Jakarta, Fayakhun
menilai, Indonesia harus berani menyatakan agar cara-cara kotor beberapa
anggota ASEAN tersebut dihentikan.
“Kita galang kebersamaan dengan tekad baru untuk maju bersama,
dengan tidak saling menghisap atau menang sendiri,” ujar kandidat doktor ilmu
sosial dan politik di Universitas Indonesia (UI).
Fayakhun mengungkapkan, fenomena dan sikap serakah dari negara
tetangga Indonesia yang sesama anggota ASEAN yang mau untung sendiri dengan,
memanfaatkan berbagai nilai baru di bawah payung Organisasi Pasar Bebas Dunia
(World Trade Organization/WTO).
“Banyak contoh kasus yang sudah jadi rahasia umum tentang itu.
Dengan berbajukan nilai-nilai free trade, kita hanya jadi hinterland dan selalu
diisap,” ujar Fayakhun Andriadi.
Fayakhun Andriadi juga mengingatkan, RI dan beberapa negara ASEAN
lainnya jangan sampai mau terus dibodohi oleh skenario open sky policy
(kebijakan penerbangan terbuka).
“Tegasnya, janganlah itu lebih menguntungkan negara yang wilayah
udaranya kecil, namun merugikan kita yang wilayah penerbangannya sama panjang
dengan kawasan Eropa. Ini kan tak adil,” ujar Fayakhun.
Untuk urusan perdagangan, ia mengecam adanya kebijakan seolah-olah
pintu kegiatan ekspor-impor ASEAN, khususnya Indonesia, cuma satu, yakni
melalui Singapura.
“Janganlah diterapkan solah-olah pintunya cuma satu, dan tidak
boleh langsung melakukan transaksi ekspor-impor dari Tanjung Priok, tetapi
melalui pelabuhan atau negara tertentu saja, lalu mereka mengambil untung besar
berupa margin transit gain,” katanya.
Fayakhun Andriadi pun tak sependapat dengan pernyataan, seolah-olah
segala sesuatu transaksi perdagangan komoditas maupun uang, harus lewat
Singapura, karena di sana sudah punya titik menuju perdagangan internasional.
“Tidak bisa pasrah begitu. Kita harus agresif membentuk jaringan
langsung ke konsumen. Khan barangnya kita yang punya. Jangan akhirnya jadi
seperti beberapa kasus komoditas, Singapura jadi pengekspornya,” ungkapnya.
Yang dimaksudkannya itu, antaral ain, di sektor komoditas pala.
“Kan lucu, ada negara yang tak punya kebun pala, tetapi menjadi
pengekspor pala terbesar di dunia,” ujarnya.
Kalau tata krama tidak beretika seperti itu tidak dibenahi, ia
menyangsikan ide satu masyarakat ekonomi hingga pembentukan mata uang tunggal
ASEAN bisa jadi kenyataan.
“Mungkin bisa saja jika dipaksakan dengan menggunakan segala cara
oleh jaring-jaring kapitalisme internasional. Tapi, yang pasti sangat rentan
penentangan dari grassroot beberapa negara,” demikian Fayakhun Andriadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar